TNI AL Sebut Penembakan Bos Rental karena Dugaan Pengeroyokan: Legislator Minta Hukuman Berat

Share

HYPEVOX – Baru-baru ini, masyarakat dihebohkan dengan kasus penembakan yang melibatkan oknum TNI Angkatan Laut (AL) di rest area Tol Tangerang-Merak. Insiden ini tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga melibatkan penangkapan beberapa pelaku yang diduga terlibat dalam kejadian tragis ini. Pada Kamis, 2 Januari 2025, terjadi tarik menarik yang berujung pada penembakan seorang bos rental mobil yang bernama IA, yang dinyatakan meninggal dunia, sementara seorang lainnya mengalami luka-luka.

Kasus ini mengundang perhatian banyak kalangan, terutama para legislator. Beberapa dari mereka bahkan langsung turun tangan untuk memastikan bahwa penegakan hukum akan dilakukan tanpa pandang bulu, termasuk terhadap oknum TNI AL yang terlibat. Legislatif sedang meminta agar tidak hanya pelaku dari kalangan sipil yang diadili, tetapi juga oknum yang seharusnya menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.

Deskripsi Kasus dan Proses Hukum

Dalam perkembangan terbaru, ada tujuh orang yang telah ditetapkan sebagai tersangka dalam peristiwa penembakan ini, termasuk tiga oknum anggota TNI AL. Pusat Polisi Militer (Puspomal) TNI AL juga sudah mengambil langkah untuk memproses hukum terhadap oknum tersebut. Melihat dari kronologinya, penembakan terjadi setelah beberapa oknum terlibat dalam percakapan yang memicu ketegangan hingga menyebabkan tindakan fatal ini.

Puspomal telah mengonfirmasi bahwa dua di antara oknum pelaku berasal dari Komando Pasukan Katak (Kopaska) dan satu lainnya merupakan Kelasi Kepala dari KRI Bontang. Kolaborasi dengan pihak kepolisian sedang dilakukan untuk menginvestigasi lebih dalam tentang apa yang sebenarnya terjadi. Pangkoarmada RI Laksdya TNI Denih Hendrata juga menjelaskan bahwa insiden ini bukan hanya sekedar penembakan, tetapi juga terdapat dugaan pengeroyokan yang melibatkan lebih dari satu orang di lokasi kejadian.

“Saya pertama kali menerima kabar insiden ini pada 2 Januari 2025 sekitar pukul 20.00 dari Asintel Pangkoarmada RI bahwa 3 anggota yang pada saat itu berada di Pangkalan Pondok Dayung yaitu Sertu AA, Sertu RH, dan KLK BA. Di mana mereka mengalami pengeroyokan oleh sekitar 15 orang tak dikenal di rest area Km 45 Tol Merak-Tangerang,” kata Denih di Koarmada RI, Jakarta, Senin 6 Januari 2025.

Reaksi Legislator dan Permintaan Hukuman Berat

Menyikapi kejadian ini, legislator yang tergabung dalam Komisi I DPR RI, Oleh Soleh, mengungkapkan keprihatinannya. Ia menekankan pentingnya memberikan hukuman berat kepada oknum TNI AL yang terlibat agar menjadi pembelajaran bahwa tindakan tersebut tidak bisa ditoleransi. Hukuman yang tegas diharapkan dapat menjadi sinyal bahwa institusi militer juga harus bertanggung jawab atas perilaku anggotanya.

Oleh Soleh menekankan, “Harus diberikan sanksi seberat-beratnya. Bagaimana di lingkungan TNI karena bertubi-tubi. Secara menyeluruh untuk mitigasi terhadap seluruh anggota, setiap instansi darat, laut, udara, terkait kejadian bos rental ini tak terulang lagi,” kata Soleh.

Dampak Sosial dari Kasus ini

Kasus penembakan ini berpotensi menimbulkan dampak negatif yang luas di masyarakat, terutama terhadap kepercayaan publik terhadap TNI AL. Masyarakat akan mempertanyakan seberapa jauh keamanan yang bisa diberikan oleh pihak militer jika ada anggotanya yang terlibat dalam tindakan kriminal. Ini menjadi tantangan bagi TNI AL untuk menunjukkan bahwa mereka tidak hanya sebagai pelindung, tetapi juga sebagai pencipta keadilan.

Adanya penegakan hukum yang ketat diharapkan bisa mengembalikan kepercayaan masyarakat serta menjaga nama baik institusi. Tanpa adanya tindakan tegas, bayang-bayang penembakan dan kasus serupa bisa membayangi tugas dan fungsi mereka dalam menjaga kestabilan dan keamanan negara.

Peran Puspomal dalam Penegakan Hukum

Puspomal TNI AL sedang dalam tahap penyelidikan mendalam dan sudah mengamankan tiga oknum prajurit yang terlibat. Polda Metro Jaya, bersama Puspomal, akan melakukan pemeriksaan lanjutan dan tindakan hukum sesuai dengan aturan yang berlaku dalam militer maupun hukum umum. Setiap langkah yang diambil akan dipantau secara ketat oleh masyarakat, menunggu hasil dari penyelidikan ini.

Komandan Puspomal, Laksda Sasmita, menegaskan bahwa Kementerian Pertahanan tidak akan segan memproses anggotanya yang melanggar hukum, tak peduli seberapa tingginya pangkat mereka. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa institusi tidak mengedepankan perlindungan pada oknum, tetapi lebih mengedepankan keadilan.

Kesempatan untuk Perbaikan

Meski kasus ini terdengar menyedihkan, ada harapan untuk perbaikan di dalam institusi militer. Setiap insiden seperti ini merupakan kesempatan untuk melakukan refleksi dan evaluasi internal. Dengan transparansi dan penegakan hukum yang tegas, diharapkan ada perubahan positif yang membawa dampak bagi TNI AL untuk lebih baik ke depannya.

Diharapkan langkah-langkah perbaikan dilakukan tidak hanya untuk menyelesaikan kasus ini, tetapi juga untuk mencegah terjadinya insiden serupa di masa depan. Dengan demikian, hubungan antara militer dan masyarakat bisa semakin harmonis dan saling percaya.