HYPEVOX – Di era digital yang semakin maju, banyak anak muda Gen Z memilih untuk berkarir sebagai freelancer meski mengalami tantangan finansial yang serius. Meskipun menawarkan kebebasan dalam menentukan waktu dan jenis pekerjaan, fenomena ini juga datang dengan berbagai risiko yang patut diperhatikan.
Kebebasan di Ujung Jari
Menjadi freelancer memberikan kebebasan yang luar biasa bagi Gen Z. Mereka dapat memilih proyek sesuai minat dan passion yang mereka miliki, dari desain grafis hingga penulisan konten.
Fleksibilitas waktu juga menjadi daya tarik utama, di mana mereka bisa bekerja dari mana saja, baik dari rumah, kafe, atau bahkan saat traveling. Kebebasan ini membuat mereka merasa lebih berdaya dan bersemangat dalam menciptakan karya.
Namun, kebebasan ini bukan tanpa risiko. Tanpa rutinitas yang jelas, beberapa freelancer dapat merasa kehilangan arah dan sulit untuk mengatur waktu dengan efisien.
Hal ini sering membuat mereka menghadapi masalah dalam menyelesaikan proyek tepat waktu.
Tekanan Finansial yang Tak Terelakkan
Meskipun kebebasan yang ditawarkan menggoda, banyak freelancer Gen Z yang merasa terjepit oleh tekanan finansial. Pendapatan yang tidak tetap dan ketidakpastian dalam mendapatkan klien membuat mereka terus-menerus berjuang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Survey terbaru mengungkapkan bahwa banyak freelancer merasa stres terkait kondisi keuangan mereka, terutama ketika proyek yang mereka harapkan tidak membuahkan hasil. Risiko kehilangan klien yang baik membuat mereka harus proaktif dalam mencari kesempatan baru.
Belum lagi, beberapa freelancer harus menghadapi biaya tambahan seperti pajak dan asuransi yang sering kali terlupakan. Semua ini dapat mengakibatkan kekhawatiran yang serius tentang masa depan keuangan mereka.
Kesehatan Mental di Tengah Kebebasan
Kesehatan mental menjadi isu penting bagi banyak freelancer, terutama yang berasal dari Gen Z. Dengan jadwal yang tidak menentu dan selalu berusaha untuk memenuhi ekspektasi, tekanan ini bisa berdampak negatif pada kesejahteraan psikologis mereka.
Banyak dari mereka merasakan kecemasan akibat persaingan yang keras di dunia freelance. Mereka merasa harus selalu berinovasi dan kreatif agar tidak tersisih oleh freelancer lainnya.
Dalam upaya untuk mengatasi tekanan ini, beberapa freelancer mulai mencari komunitas di media sosial atau grup dukungan. Hal ini membantu mereka untuk berbagi pengalaman dan menemukan solusi untuk tantangan yang mereka hadapi di dunia kerja bebas.