HYPEVOX – Di bulan Januari hingga Maret 2025, angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di Indonesia melonjak hingga sekitar 74 ribu pekerja. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengungkap bahwa fenomena ini sudah memasuki zona merah, membuat banyak pihak merasa khawatir.
Menurut Ketua Umum Apindo, Shinta Kamdani, fenomena PHK ini bukan hanya angka di statistik, tetapi berimplikasi besar bagi perekonomian dan kehidupan banyak orang. Ketika kita berbicara tentang angka ini, kita sebenarnya berbicara tentang ribuan keluarga yang terdampak.
Mengapa Perusahaan Melakukan PHK?
Banyak perusahaan di Indonesia mulai mengurangi tenaga kerja mereka. Hal ini diakibatkan oleh iklim usaha yang tidak mendukung. Survei yang dilakukan terhadap lebih dari 350 perusahaan menunjukkan, sekitar 67 persen di antaranya tidak berencana melakukan investasi baru dalam waktu dekat. Lima alasan utama di balik PHK ini antara lain penurunan permintaan, restrukturisasi perusahaan, hingga dampak dari kebijakan pemerintah yang kurang menguntungkan bagi sektor swasta.
Pekerja dari sektor-sektor padat karya yang semula diandalkan kini menjadi yang pertama terkena dampaknya, seperti produk tekstil, elektronik, dan jasa. Jumlah pekerja yang terpaksa keluar dari program BPJS Ketenagakerjaan pun mencerminkan betapa dalamnya masalah ini.
Dampak PHK Bagi Pekerja dan Keluarga
PHK tentu bukan hanya berdampak pada ekonomi perusahaan, tetapi juga berdampak secara langsung pada kehidupan pekerja dan keluarganya. Dengan kehilangan pekerjaan, banyak pekerja harus memikirkan bagaimana memenuhi kebutuhan sehari-hari. Satu hal yang mengkhawatirkan ialah, dengan tingginya angka PHK, banyak orang kehilangan harapan untuk mendapatkan pekerjaan baru, terutama yang memiliki keterampilan terbatas.
Apindo mengindikasikan, tahun 2025 bukan hanya soal memulihkan angka lapangan kerja yang hilang, tetapi juga bagaimana menciptakan 3 hingga 4 juta pekerjaan baru setiap tahunnya agar proporsi antara PHK dan penciptaan pekerjaan baru dapat seimbang.
Penciptaan Lapangan Kerja dan Masa Depan Ketenagakerjaan
Shinta Kamdani juga menekankan pentingnya investasi di sektor-sektor yang padat karya untuk menghadapi tantangan ini. Beliau percaya, investasi yang fokus pada penciptaan lapangan kerja bisa menjadi solusi jangka panjang. Sektor teknologi dan hijau juga menjadi perhatian banyak perusahaan untuk menciptakan pekerjaan baru.
Namun, tantangan tetap ada. Dengan banyaknya tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan, perusahaan perlu memikirkan cara untuk merekrut kembali tenaga kerja yang cukup setelah krisis ini berlalu. Investasi di bidang pendidikan dan pelatihan juga menjadi bagian penting yang tak bisa diabaikan.
Apa Kata Ahli tentang Situasi Ini?
Banyak ahli ketenagakerjaan menyoroti bahwa situasi ini dapat memicu ketidakpastian ekonomi yang lebih luas di Indonesia. Sejumlah perusahaan bahkan terpaksa menunda proyek-proyek yang berpotensi mendatangkan lapangan kerja baru. Ini bisa memicu domino efek yang berisiko bagi perekonomian yang lebih luas.
Kekhawatiran para pengusaha dan pekerja sudah lebih dari sekedar angka. Para ahli menilai, harus ada kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta untuk menciptakan kebijakan yang tidak hanya mendukung keberlangsungan bisnis tetapi juga melindungi pekerja.
Menatap Masa Depan Pasca PHK
Situasi ini sangat memprihatinkan. Dalam menghadapi gelombang PHK, penting bagi semua pihak untuk terus berupaya mencari solusi. Bukan hanya pemerintah yang dituntut untuk bertindak, tetapi juga sektor swasta harus memikirkan strategi untuk masa depan yang lebih baik bagi para pekerja.
Menghadapi tantangan ini, penting bagi kita untuk tetap optimis dan beradaptasi dengan perubahan. Mencari peluang baru, mengembangkan keterampilan, dan mempersiapkan diri untuk tantangan ke depan ialah langkah-langkah yang perlu kita ambil bersama.