Pelita Air Ciptakan Sejarah dengan Penerbangan Menggunakan Bahan Bakar Minyak Jelantah

Share
  • 23 Agustus 2025

HYPEVOX – Pelita Air mencatat sejarah sebagai maskapai pertama di Indonesia yang melakukan penerbangan menggunakan bahan bakar dari minyak jelantah. Penerbangan perdana ini menghubungkan Jakarta dengan Bali dan didukung oleh PT Pertamina (Persero).

Kementerian ESDM menilai langkah ini sebagai strategi untuk mengurangi emisi karbon dan mendukung ketahanan energi berkelanjutan. Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, menekankan bahwa ini sejalan dengan program prioritas Presiden Prabowo.

Inovasi Berkelanjutan dalam Industri Penerbangan

Penerbangan Jakarta-Bali ini menjadi tonggak penting dalam pemanfaatan teknologi ramah lingkungan di sektor penerbangan. Dadan Kusdiana menjelaskan bahwa inovasi ini dikenal sebagai Sustainable Aviation Fuel (SAF), yang memiliki keunggulan dalam mengurangi jejak karbon.

Penggunaan bahan bakar yang terbuat dari minyak goreng bekas ini mampu memangkas emisi karbon hingga 84% dibandingkan dengan avtur fosil. Pertamina memastikan bahwa penggunaan SAF tidak akan mengorbankan keselamatan dan performa pesawat.

Dengan bioavtur yang memenuhi standar nasional dan internasional, bahan bakar ini diyakini menjadi solusi bagi industri penerbangan untuk memenuhi regulasi lingkungan yang semakin ketat.

Partisipasi Masyarakat dalam Program Pengumpulan Minyak Jelantah

Pertamina melibatkan masyarakat melalui program pengumpulan minyak jelantah untuk mendukung pasokan bahan baku yang stabil. Saat ini, tersedia 35 titik pengumpulan di lokasi strategis, memudahkan warga untuk mengelola limbah rumah tangga.

Masyarakat tidak hanya berperan sebagai penyedia bahan baku, tetapi juga mendapatkan insentif dalam bentuk saldo rupiah. Dadan menegaskan partisipasi masyarakat sebagai kunci dalam transisi ke energi bersih dan berkelanjutan.

Selain itu, program ini juga berfungsi untuk meminimalisasi limbah domestik dan memberikan penghasilan tambahan bagi warga.

Kolaborasi untuk Masa Depan Energi Hijau

Pengembangan SAF bukanlah hal mendadak, melainkan hasil kolaborasi antara Pertamina dan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang telah berlangsung sejak 2021. Kerja sama ini menghasilkan bahan bakar yang berhasil diuji pada pesawat Dirgantara Indonesia.

Dua tahun setelahnya, pengujian dilanjutkan dengan pesawat komersial, meningkatkan kesiapan penggunaan bahan bakar hijau di armada maskapai penerbangan Indonesia. Dadan berharap keberhasilan ini dapat mendorong pengembangan bioetanol yang saat ini masih dalam tahap penguatan kerja sama antar lembaga.

Meskipun banyak kemajuan dicapai dalam biodiesel, tantangan tetap ada dalam pengembangan bioetanol. Dadan menekankan pentingnya keterlibatan semua pihak untuk mencapai keberhasilan yang lebih besar dalam sektor energi terbarukan.