HYPEVOX – Perusahaan OpenAI yang dikenal dengan layanan AI-nya ChatGPT kini menghadapi tantangan serius. Beberapa talenta terbaik mereka mulai beralih ke Meta untuk mengejar peluang yang lebih menjanjikan.
Rekrutmen Agresif oleh Meta
Meta baru-baru ini membuat langkah besar dengan mengangkat co-creator ChatGPT, Shengjia Zhao, sebagai Kepala Ilmuwan di Superintelligence Lab mereka. CEO Meta, Mark Zuckerberg, dalam unggahan di Threads, menekankan bahwa Zhao akan memainkan peran kunci dalam menetapkan agenda penelitian laboratorium yang baru dibentuk.
Zhao sebelumnya merupakan ilmuwan peneliti di OpenAI dan berkontribusi pada pengembangan model-model AI terkemuka seperti ChatGPT dan GPT-4. Keputusan Zhao untuk bergabung dengan Meta menunjukkan tren bahwa semakin banyak peneliti pindah ke perusahaan yang lebih agresif dalam memperebutkan talenta dalam bidang AI.
Strategi Meta dalam Pengembangan AI
Sebagai bagian dari strategi mereka, Meta baru-baru ini meluncurkan Superintelligence Lab untuk mengkonsolidasikan penelitian dalam bidang AI. Lab ini bertujuan mengembangkan model-model baru seperti Llama dan membangun kecerdasan umum buatan (AGI).
Dalam pengumumannya, Zuckerberg menyatakan bahwa Meta berusaha menghasilkan ‘kecerdasan umum yang lengkap’ dan mengadopsi pendekatan sumber terbuka. Pendekatan ini menarik perhatian positif, tetapi juga memicu kekhawatiran mengenai implikasi etis dan keamanan di komunitas AI.
Dampak Rehabilitasi Talenta di Industri AI
Beberapa minggu terakhir, setidaknya tujuh pegawai dari OpenAI telah terkonfirmasi pindah ke Meta, termasuk Jiahui Yu, Shuchao Bi, dan Hongyu Ren. Mereka mengikuti jejak Zhao dalam pencarian peluang yang lebih baik di Meta.
Salah satu faktor besar pemindahan ini adalah insentif yang ditawarkan oleh Meta, termasuk gaji tinggi yang mencapai US$100 juta (sekitar Rp 1,6 triliun). Zuckerberg terlibat langsung dalam proses rekrutmen, menghubungi kandidat berbakat dari universitas terkemuka.
