HYPEVOX – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengingatkan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam penanggulangan demam berdarah dengue (DBD) di tengah fluktuasi kasus yang terjadi seiring peningkatan curah hujan.
Dalam situasi ini, nyamuk penyebab DBD semakin cepat berkembang biak, menuntut tindakan yang lebih serentak dan efektif.
Kolaborasi Diperlukan dalam Penanggulangan DBD
Ketua Tim Kerja Arbovirosis dari Kemenkes, dr. Fajar Silalahi, berharap agar seluruh elemen, mulai dari pemerintah hingga masyarakat, saling berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.
“Kita perlu menggabungkan serta mengolaborasikan segenap potensi sumber daya yang ada, baik dari unsur pemerintah maupun non-pemerintah,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa langkah-langkah pencegahan, terutama pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan metode 3M Plus, sangat efektif apabila dilakukan secara berkelanjutan.
Metode ini mencakup menguras, menutup, mendaur ulang barang bekas, serta menghindari gigitan nyamuk.
Pentingnya Edukasi dan Pelibatan Masyarakat
Dr. Agus Handito, anggota Tim Kerja Arbovirosis, menambahkan bahwa edukasi masyarakat perlu ditingkatkan untuk meminimalkan risiko DBD.
“Keterlibatan RT, RW, kader kesehatan, sekolah, dan tokoh masyarakat akan membuat pesan pencegahan lebih mudah diterima dan dilaksanakan,” ujarnya.
Ia juga mendorong masyarakat untuk proaktif melapor jika ada gejala demam yang mencurigakan sebagai langkah awal penanganan.
Ini dapat meningkatkan respon awal dan memungkinkan tindakan lebih cepat terhadap kasus yang muncul.
Program Intervensi Kemenkes untuk Cegah Lonjakan Kasus
Dalam upaya mencegah lonjakan kasus DBD, Kemenkes bersama Dinas Kesehatan setempat telah menyiapkan berbagai program intervensi.
Di antara program tersebut adalah fogging fokus, pemberian larvasida, hingga pemantauan populasi nyamuk Aedes aegypti di area rawan.
Agus menjelaskan, setiap program ini dirancang untuk menanggulangi penyebaran DBD secara efektif.
Dengan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat, diharapkan penyebaran DBD dapat ditekan.