Kasus Leptospirosis di Yogyakarta: Lima Kematian Dicatat pada Semester Pertama 2025

Share
  • 9 Juli 2025

HYPEVOX – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta melaporkan lima kasus kematian akibat leptospirosis sepanjang semester pertama 2025. Dari total 18 kasus yang tercatat, semua pasien telah dinyatakan sembuh kecuali lima yang meninggal dunia.

Sebaran Kasus Leptospirosis di Yogyakarta

Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit, dan Pengelolaan Data Dinkes Kota Yogyakarta, Lana Unwanah, menyebutkan bahwa sebaran kasus ini melintasi hampir seluruh kecamatan di Yogyakarta. Hal ini mencerminkan meningkatnya perlunya kewaspadaan serta penanganan di kalangan masyarakat.

Lana menambahkan bahwa sebaran penyakit ini meliputi kecamatan seperti Mantrijeron, Mergangsan, Kotagede, dan lainnya. Meskipun ada peningkatan dari tahun lalu yang mencatatkan 10 kasus dan dua kematian, semua pasien baru yang dirawat di rumah sakit kini telah disembuhkan.

Dari 18 kasus yang ada, terdapat satu pasien berusia di bawah 20 tahun dan satu pasien berusia 84 tahun. Situasi ini menunjukkan bahwa leptospirosis berisiko menyerang semua kelompok umur, khususnya bagi mereka yang beraktivitas di lingkungan kotor.

“Yang di bawah 20 tahun ada satu orang, lainnya variatif, termasuk satu pasien berusia 84 tahun,” kata Lana.

Faktor Peningkatan Kasus Leptospirosis

Lana menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap meningkatnya kasus leptospirosis, termasuk rendahnya kesadaran masyarakat tentang pencegahan penyakit ini. Lingkungan yang mendukung penyebaran juga berperan besar dalam meningkatkan risiko.

Banyak dari pasien berasal dari kelompok yang rentan, misalnya mereka yang memiliki hobi memancing di sungai atau bekerja sebagai petugas kebersihan kolam serta pemilah sampah, di mana mereka berpotensi terpapar urine tikus.

“Ada yang hobinya mancing di kali, tukang bersih-bersih, pemilah sampah, petugas kebersihan kolam, penggerobak sampah,” ungkapnya.

Gejala dan Penanganan Leptospirosis

Gejala leptospirosis seringkali tidak spesifik, seperti demam dan pegal, sehingga membingungkan pasien dalam mencari pertolongan medis. Hal ini dapat mengakibatkan keterlambatan dalam penanganan yang dapat berakibat fatal.

Lana menyebutkan bahwa jika gejala sudah menyerang ginjal, pasien perlu segera mendapatkan perawatan, termasuk cuci darah. Kecepatan dalam penanganan sangat menentukan tingkat kesembuhan pasien.

Sebagai langkah antisipasi, Wali Kota Yogyakarta sudah mengeluarkan Surat Edaran tentang kewaspadaan terhadap leptospirosis. Dinkes juga telah melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk melaksanakan penyemprotan desinfektan di lokasi-lokasi yang terkena dampak.