HYPEVOX – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) baru-baru ini merilis laporan mencengangkan mengenai keterlibatan perusahaan-perusahaan besar dunia dalam dugaan genosida di Gaza, Palestina. Laporan berjudul ‘From Economy of Occupation to Economy of Genocide’ ini disusun oleh Pelapor Khusus PBB untuk situasi HAM di Palestina, Francesca Albanese.
Keterlibatan Perusahaan Teknologi dalam Militer dan Pengawasan
Sejumlah raksasa teknologi dari Amerika Serikat, seperti IBM, Google, Amazon, Microsoft, dan Palantir, dicatat dalam laporan sebagai penyedia teknologi pengawasan untuk militer Israel. IBM dikatakan mengelola basis data biometrik warga Palestina hasil kerjasama dengan otoritas imigrasi Israel.
Google dan Amazon terlibat dalam kontrak infrastruktur cloud senilai US$1,2 miliar untuk mendukung sistem militer dan pengawasan Israel. Di sisi lain, Microsoft menyediakan sistem komputasi yang terintegrasi dengan militer dan kepolisian semenjak awal 2000-an, sementara Palantir menawarkan teknologi intelijen dan pemetaan untuk operasi militer Israel.
Perusahaan Pertahanan yang Terlibat dalam Aksi Militer
Laporan juga mencatat perusahaan pertahanan seperti Lockheed Martin dan Leonardo S.p.A sebagai penyedia utama persenjataan untuk Israel, termasuk jet tempur F-35 dan F-16 yang digunakan dalam serangan ke Gaza. Caterpillar Inc. turut terlibat dengan menyalurkan buldoser militer yang digunakan untuk penghancuran massal bangunan di Gaza.
Penghancuran yang terjadi tidak hanya mempengaruhi infrastruktur, tetapi juga rumah, rumah sakit, dan tempat ibadah, menambah derita warga sipil di Gaza. Keberadaan perusahaan-perusahaan ini dalam konflik mencerminkan komersialisasi perang yang didukung oleh korporasi besar.
Dampak Sektor Energi, Infrastruktur, dan Pariwisata
Perusahaan energi seperti Chevron, Glencore, dan Drummond Company juga disebutkan dalam laporan berkontribusi pada operasi militer Israel dengan menyediakan sumber energi vital, termasuk batu bara dan gas. Selain itu, perusahaan alat berat seperti HD Hyundai dan Volvo terlibat dalam perataan permukiman Palestina, diduga menggunakan mesin mereka untuk menghancurkan area pemukiman yang berakibat pada kehilangan lahan bagi warga Palestina.
Dalam sektor pariwisata, platform seperti Booking.com dan Airbnb dikritik karena mempromosikan properti di pemukiman ilegal Israel, yang menguntungkan di tengah konflik. Airbnb, misalnya, meningkatkan iklannya di Israel dari 139 pada tahun 2016 menjadi 350 pada tahun 2025, yang berdampak pada keuntungan komisi yang signifikan.