HYPEVOX – Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, kini tengah menghadapi krisis politik serius setelah Mahkamah Konstitusi menangguhkan jabatannya. Keputusan ini muncul setelah penyelidikan terkait dugaan pelanggaran etika dalam percakapan telepon yang kontroversial dengan mantan Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen.
Sebanyak 36 anggota Senat Thailand telah mengajukan pemecatan terhadap Paetongtarn dengan tuduhan melakukan pelanggaran konstitusi dan etika pejabat publik. Rekaman percakapan yang bocor ke publik pun telah memicu aksi unjuk rasa besar-besaran di Bangkok.
Panggilan Telepon yang Kontroversial
Percakapan telepon antara Paetongtarn dan Hun Sen ini terjadi setelah insiden baku tembak di perbatasan yang terekam, yang mengakibatkan tewasnya seorang tentara Kamboja.
Dalam rekaman yang beredar luas, Paetongtarn terlihat memanggil Hun Sen dengan sebutan “paman”, serta menyebut bahwa militer Thailand adalah “masalah” baginya, pernyataan yang dianggap sangat tidak bijaksana oleh banyak pihak.
Reaksi dan Penilaian Ahli
Greg Raymond, dosen senior di Pusat Studi Strategis dan Pertahanan, menilai perilaku Paetongtarn sangat tidak profesional. Menurutnya, “Ia menggunakan bahasa yang cukup sopan dan akrab dengan Hun Sen. Ini sangat tidak profesional dan menunjukkan kurangnya pengalaman politik sebagai perdana menteri.”
Sementara itu, Gordon Conochie, peneliti dari La Trobe University, menilai percakapan ini telah memperkuat kecurigaan publik akan kedekatan keluarga Shinawatra dengan Hun Sen, menyatakan, “Itulah kerugian terbesar bagi Paetongtarn.”
Dampak Politik dan Hubungan Internasional
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja mengenai sengketa wilayah di Kuil Preah Vihear sudah lama berlangsung, dengan sejumlah insiden kekerasan mengikutinya selama bertahun-tahun.
Meski ketegangan saat ini meningkat tajam, para pengamat berpendapat bahwa kemungkinan terjadinya konflik militer berskala besar sangat kecil, tak jarang memunculkan harapan bahwa diplomasi masih bisa menyelesaikan masalah ini.