HYPEVOX – Baru-baru ini, 121 guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mengirimkan surat terbuka kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Surat ini bukan sekadar curhatan ringan, melainkan juga suara keras yang mencerminkan kekhawatiran mereka tentang masa depan dunia kedokteran di Indonesia.
Perbincangan dimulai dengan keluhan tentang kebijakan mutasi dokter yang dinilai merugikan. Dalam surat tersebut, mereka memperingatkan bahwa kebijakan mendadak tersebut dapat menurunkan kualitas pendidikan dokter dan pelayanan kesehatan. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?
Kolegium yang Terancam: Apa Itu dan Kenapa Penting?
Kolegium adalah badan yang bertugas untuk menjaga mutu dan kompetensi pendidikan dokter di Indonesia. Bayangkan saja kolegium seperti juri dalam kompetisi, yang menentukan siapa yang layak mendapatkan gelar dan kualitas yang diharapkan.
Guru besar FKUI menegaskan pentingnya kolegium tetap independen dan bebas dari intervensi politik. Dalam dunia kedokteran, jika kualitas tenaga medis menurun, maka kepercayaan publik terhadap dokter juga akan runtuh. Ini bukan hanya soal gelar, tapi juga nyawa manusia.
Seruan kepada Prabowo adalah harapan untuk kembali mereformasi dan menjaga kekuatan kolegium. Mereka menginginkan agar keputusan-keputusan yang diambil, terutama yang berdampak pada pendidikan kedokteran, berdasarkan pertimbangan ilmiah dan profesional, bukan kepentingan sesaat.
Mutasi Dokter: Baik atau Buruk?
Dalam surat tersebut, para guru besar menyuarakan ketidakpuasan terhadap kebijakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengenai mutasi dokter ke rumah sakit vertikal. Kebijakan ini lagi-lagi dikhawatirkan dapat menurunkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat. Jadi, apa maksud dari mutasi ini sebenarnya?
Beberapa guru besar menyebutkan bahwa dokter tidak bisa ditempatkan secara mendadak tanpa mempertimbangkan kapasitas dan kompetensinya. Sebab, tiap dokter memiliki spesialisasi dan keahlian yang berbeda-beda, dan perubahan yang cepat ini bisa menyebabkan kekacauan dalam pelayanan kesehatan. Mereka berharap keputusan yang diambil tidak merugikan masyarakat.
Jangan Sepelekan Kualitas Pendidikan Kedokteran
Sebagaimana diungkap oleh Budi Wiweko, salah satu guru besar FKUI, peningkatan mutu pendidikan kedokteran sangat penting agar dokter umum tidak melakukan tindakan yang di luar kapasitasnya, seperti operasi caesar. Ini melibatkan batasan kompetensi dan tanggung jawab yang harus jelas.
Budi juga menekankan pentingnya pelatihan bagi dokter umum terutama di wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal). Dalam konteks ini, pelatihan keterampilan baru, seperti kemampuan menggunakan USG, bisa membantu memperbaiki layanan kesehatan di daerah tersebut.
Mengapa Dialog Itu Penting?
Interaksi antara pemerintah dan kalangan akademis selalu menjadi kunci dalam menciptakan kebijakan yang lebih baik. 121 guru besar FKUI berharap dialog ini bisa membuka jalan untuk mendiskusikan berbagai masalah penting dalam dunia kedokteran dan pendidikan kesehatan di Indonesia.
Mereka berencana untuk bertemu dengan Prabowo untuk membahas permasalahan pendidikan kedokteran, bukan hanya untuk kepentingan dokter, tetapi juga demi kualitas layanan kesehatan bagi masyarakat. Dengan dialog yang terbuka, diharapkan solusi kreatif bisa muncul.
Ke Depan: Harapan dan Solusi
Tentu, harapan ke depan adalah agar kebijakan yang diambil dapat sejalan dengan tujuan menjaga kualitas pendidikan kedokteran dan pelayanan kesehatan. Para guru besar ini mendorong semua pihak, baik pemerintah maupun institusi pendidikan, untuk bersinergi dalam meningkatkan mutu layanan kesehatan.
Satu hal penting yang diangkat oleh mereka adalah pentingnya penegakan standar kompetensi dokter. Jika dikembangkan dan diterapkan dengan baik, ini bisa menjadi fondasi yang kuat untuk membangun kembali kepercayaan publik kepada profesi dokter di Indonesia.